Hilirisasi Pengembangan Usaha Vital Komoditas Silika: Ubah Pasir Jadi Emas

Tanah Air diproyeksikan bermetamorfosis menjadi salah satu negara maju berpendapatan tinggi pada tahun 2036, pada mana tingkat peningkatan perekonomian rata-rata 5,7% hingga 2045, dengan memanfaatkan bonus demografi, kemajuan teknologi, kemudian reformasi struktural di meningkatkan daya saing melalui hilirisasi.

Fokus pada perkembangan dunia usaha yang berkelanjutan melalui proses lanjut SDA untuk meningkatkan nilai tambah, digitalisasi UMKM dan juga kegiatan ekonomi hijau. otoritas Republik Nusantara melalui Kementerian Investasi/Badan Kerjasama Penanaman Modal sudah pernah menerbitkan Roadmap Hilirisasi Pengembangan Usaha Vital Industri Silika sebagai bagian dari peta jalan proses lanjut delapan sektor yang mana meliputi sektor minyak dan juga gas bumi, mineral juga batubara, juga perkebunan, kehutanan, perikanan lalu kelautan.

Hilirisasi komoditas silika menjadi fokus penting pada rangka membuka lingkungan ekonomi komoditas hilir bernilai lebih tinggi ke sektor strategis teknologi canggih seperti panel surya, semikonduktor, dan juga bahkan komponen kendaraan listrik. Hal itu sejalan pada rangka menggapai visi Negara Indonesia Emas 2045 sebagai bangsa yang dimaksud maju, mandiri, adil, juga makmur.

Berdasarkan data dari Roadmap Hilirisasi Penyertaan Modal Krusial Bagian Mineral dan juga Batubara Kementerian Investasi/BKPM, Indonesia memiliki cadangan silika yang mana melimpah mencapai 332 jt ton yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, juga Jawa.

Pulau Jawa adalah pulau dengan cadangan silika terbesar di Indonesia, yakni 175,9 jt ton. Jika dicermati, hitungan ini sangatlah fantastis lalu menempatkan Indonesi sebagai salah satu negara di dalam ASEAN yang mana mempunyai cadangan pasir silika terbesar.

Akan tetapi, cuma sebatas pihak yang mengetahui sesungguhnya pasir silika/kuarsa yang kita miliki mempunyai prospek luar biasa untuk diolah menjadi produk-produk bernilai tinggi pada sektor strategis teknologi canggih seperti panel surya, semikonduktor, lalu bahkan komponen kendaraan listrik. Berdasarkan data dari Kementerian Investasi/BKPM, Tanah Air memiliki catatan produksi pasir silika sebesar 3,5 jt tpa atau 0,9% dari total produksi bumi pada tahun 2022, yakni 380 jt tpa.

Kita tentu mengenal China sebagai raksasa teknologi dunia. China sedang mengupayakan produksi panel surya yang digunakan salah satu material utamanya berasal dari pasir silika yang tersebut diimpor dari Indonesia. Berdasarkan data Observatory of Economic Complexity (OEC), jumlah agregat ekspor pasir silika Indonesia ke China mencapai US$ 53,1 jt pada tahun 2021 atau negara ketiga terbesar yang mana mengekspor komoditas pasir silika ke China.

Sementara itu, nilai dari komoditas pasir silika ini dapat meningkat hingga 25x lipat apabila produknya dihilirkan berubah jadi panel surya. Pola yang dimaksud menunjukkan bagaimana kebijakan proses lanjut yang tersebut tepat pada mengubah komoditas “pasir sederhana” berubah jadi berubah-ubah barang teknologi canggih dengan nilai dunia usaha yang mana sangat besar akan sangat menguntungkan bagi pendapatan negara.

Berdasarkan data Kementerian Manufaktur pada tahun 2023, sektor hilir dari komoditas silika telah cukup berbagai pada Indonesia teristimewa yang digunakan berada pada jalur sektor kaca dengan jumlah keseluruhan bidang 65. Industri jalur semen, keramik lalu barang dari semen dengan jumlah total bidang 503. Kemudian sektor semikonduktor, PCB kemudian part elektronik dengan jumlah keseluruhan lapangan usaha 117.

Kementerian Investasi/BKPM memproyeksikan realisasi penanaman modal kumulatif pengembangan lebih lanjut silika hingga 2040 dapat mencapai US$ 45,74 miliar, memberikan sumbangan terhadap barang domestik bruto sebesar US$ 12,52 miliar, juga menciptakan 202.261 lapangan kerja baru. Dengan merumuskan kebijakan proses pengolahan lebih lanjut yang tersebut fokus juga terukur, potensi yang besar ini tentunya tidak ada akan dilewatkan begitu saja.

Peluang proses pengolahan lebih lanjut komoditas silika ini sudah ada seharusnya didukung dengan kebijakan afirmatif komprehensif dari pemerintah. Misalnya, pemberian insentif/subsidi berbasis produksi, dukungan pendanaan, penetapan sebagai PSN, sampai dengan iklan pembangunan ekonomi internasional yang tersebut intensif.

Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo terkait pengerjaan dunia usaha Indonesia yang berfokus pada pengembangan lebih lanjut SDA untuk nilai tambah, digitalisasi UMKM, kemudian sektor ekonomi hijau. Walaupun beberapa strategi ini telah dilakukan sebagian diterapkan pada Indonesia, namun praktiknya masih dinilai belum optimal serta merata.

Dengan implementasi kebijakan pengembangan lebih lanjut yang dimaksud berani, fokus, dan juga konsisten, saya yakin komoditas silika dapat bertransformasi dari “pasir sederhana” berubah menjadi “harta teknologi Indonesia” di dalam masa depan. Indonesi telah miliki peluang sumber daya alamnya, tinggal kebijakan pemerintah yang berubah menjadi kunci suksesnya.

Kolaborasi antar bermacam pemangku kepentingan baik swasta kemudian lembaga atau institusi pemerintahan diperlukan ditingkatkan. Kementerian Investasi/BKPM harus menjadi pemimpin langkah strategis ini melalui optimalisasi, promosi, hingga akselerasi penanaman modal dalam sektor-sektor pengembangan lebih lanjut yang mana bermetamorfosis menjadi prioritas. Tidak ada kata terlambat untuk memulai juga mensejahterakan Indonesia sebagai pemimpin teknologi bumi dari Asia Tenggara dengan mengubah “pasir” menjadi “emas”.

Artikel ini disadur dari Hilirisasi Investasi Strategis Komoditas Silika: Ubah Pasir Jadi Emas

Menasional.com menyajikan berita virtual dengan gaya penulisan bebas dan millenial. Wujudkan mimpimu, Menasional bersama kami

You might also like
Follow Gnews