- Gen Z Kaum Paling Peka terhadap Isu Kesehatan Mental, Mengapa?
Generasi Zoomer atau yang lebih akrabnya dipanggil Gen Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang.
Gen Z adalah mereka yang lahir antara 1997-2012. Sementara, generasi sebelumnya milenial (1981-1996), Gen X (1965-1980), dan Baby Boomers (1946-1964). Ini merupakan hasil survei dalam kegiatan “Prodia Meet The Press”.
Kesadaran atau kepekaan Gen Z terhadap kesehatan mental ini bukan sekedar tren, ikut-ikutan, ataupun fomo tetapi sudah menjadi karakter dari generasi tersebut. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 2019. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Gen Z di Amerika Serikat, secara signifikan, dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya, mereka memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam melaporkan permasalahan pada kondisi mental mereka.
Penelitian tersebut juga menemukan lebih banyak dari Gen Z yang melaporkan bahwa mereka telah atau sedang menerima pertolongan profesional untuk kesehatan mental mereka. Selain itu, Kesadaran Gen Z mengenai kesehatan mental ini dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka, baik dalam kehidupan nyata maupun di media sosial.
Posisi Gen Z sebagai generasi muda dan kemahiran Gen Z sebagai native digital dalam menggunakan media sosial merupakan dua peran penting Gen Z dalam mentransformasi masa depan masyarakat global dalam membentuk kesadaran mengenai kesehatan mental. Dalam kaitannya dengan media sosial, hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan sebab Gen Z lahir dan dibesarkan dengan kehadiran internet, banyak yang mengatakan bahwa Gen Z ini diasuh oleh media sosial, karena ketergantungan dan keterbukaan akan informasi itulah yang menjadi salah satu faktor mengapa Gen Z lebih terbuka soal kesehatan mental.
Kepekaan Gen Z soal Isu Kesehatan Mental
Kemudahan dan kemurahan akses terhadap internet membantu Gen Z memperoleh informasi mengenai apa itu kesehatan mental yang sebenarnya dan pentingnya menjaga kesehatan mental. Hal ini kemudian menjadi nilai yang terinternalisasi pada diri mereka. Mereka memperoleh informasi mengenai hal-hal saintifik dari kesehatan mental yang mungkin saja diperoleh dari para ahli di bidang kesehatan mental. Saat ini pun telah banyak berbagai situs yang mengulas topik kesehatan, termasuk kesehatan mental.
Situs-situs tersebut ada yang berasal dari dalam negeri seperti Halodoc, Hellosehat, dan Alodokter dan ada pula yang berasal dari luar negeri seperti NHS UK, Healthline, dan MayoClinic. Kondisi ini berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya yang cenderung memiliki pengetahuan bersifat stigma terhadap kesehatan mental karena minimnya ketersediaan informasi saintifik mengenai kesehatan mental Kemudian seiring berjalannya waktu, kesadaran akan pentingnya isu kesehatan mental mulai terbentuk. Apalagi beberapa tahun terakhir ini semakin marak peristiwa-peristiwa yang menjadi pemicu gangguan psikologis. Meski rentan mengalami gangguan mental, faktanya Gen Z juga sangat peka terhadap isu ini dibanding generasi sebelumnya. Berikut beberapa faktor yang membuatnya sensitive terhadap masalah Kesehatan mental.
Kemudahan mengakses informasi
Gen Z tumbuh di era digital yang membuatnya leluasa mengakses informasi. Mereka lebih mudah mendapatkan pemahaman tentang kesehatan mental dan dampaknya. Kehadiran internet memberikan Gen Z akses terhadap berbagai informasi, terutama dengan semakin mudah dan semakin murahnya akses internet secara global. Informasi didapatkan melalui berbagai sarana, mulai dari unggahan media sosial, berita dari belahan dunia lain, hingga produk-produk hiburan seperti video musik, film, dan acara televisi asing. Mereka tumbuh besar dengan dikelilingi informasi-informasi tersebut, dapat dikatakan, secara intens. Hal tersebut memberi mereka ruang untuk menerima dan mengapresiasi keragaman kondisi manusia (De Witte, 2022). Studi yang dilakukan oleh McKinsey pun menemukan bahwa Gen Z secara umum menghargai ekspresi individu (Francis & Hoefel, 2018).
Kesadaran
Sering menerima materi-materi kesehatan mental melalui program pendidikan, kampanye, maupun advokasi membuat kesadaran Gen Z terhadap kesehatan mental meningkat. Kesehatan mental memang masih kerap dianggap sebagai hal yang remeh dan mendapat pengabaian. Di Indonesia, mereka yang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya kerap dianggap kurang bersyukur dan kurang beribadah (Dellanita, 2021). Permasalahan mental dan penyakit mental masih dipandang sebagai hal yang memalukan dan masih dikelilingi oleh stigma. Mereka yang memiliki masalah atau penyakit mental merasa lebih enggan untuk mengakuinya dibandingkan mengakui diri sebagai seorang gay, memiliki permasalahan dengan minuman beralkohol, atau mengalami kebangkrutan (O’Hara, 2009). Stigma dan pandangan tabu mengenai kesehatan mental tersebut dapat dikatakan merupakan hasil dari kondisi sosial dan kultural masyarakat dari generasi-generasi sebelumnya. Oleh karena itu, adanya kesadaran Gen Z mengenai kesehatan mental menunjukkan bahwa generasi ini relatif lebih terbuka mengenai isu ini.
Pengalaman pribadi
Sebagian Gen Z pernah mengalami atau menyaksikan teman atau keluarganya mengalami masalah kesehatan mental, yang mendorong mereka untuk lebih peduli degan isu ini.
Dukungan sosial
Komunitas online dan dukungan sosial bisa memotivasi Gen Z untuk berbicara tentang kesehatan mental dan mencari dukungan.
Semua faktor ini membuat Gen Z lebih sadar dan peduli terhadap kesehatan mental. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang baik sekaligus menyediakan sumber daya bagi mereka yang memerlukan bantuan.
Gen Z dan Revolusi Kesehatan Mental
Dengan posisi Gen Z sebagai salah satu generasi termuda dalam populasi penduduk dunia saat ini, kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan mental memiliki potensi dalam membentuk kultur masyarakat global di masa yang akan datang. Mereka berpotensi untuk menciptakan sebuah keadaan masyarakat yang menganggap kesehatan mental sebagai hal yang penting.
Selain itu, penting pula bagi Gen Z untuk tidak membiasakan romantisasi masalah kesehatan mental. Romantisasi masalah kesehatan mental dapat memperkuat stigma dan melemahkan pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan kita. Penting pula untuk berhati-hati terhadap informasi yang didapatkan dari internet agar tidak mendiagnosis diri sendiri. Ketika dirasakan adanya suatu persoalan dalam kesehatan mental, sebaiknya segera mencari pertolongan dari ahli profesional, yaitu psikolog atau psikiater. Hal terakhir yang juga penting diperhatikan adalah meningkatkan kesadaran mengenai banyaknya jenis-jenis penyakit mental.
Referensi
American Psychological Association. (2018). Stress in America™: Generation Z. Stress in America Survey. https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2018/stress-gen-z.pdf
Burkeman, O. (2009, 23 Oktober). Forty years of the internet: how the world changed for ever. The Guardian. https://www.theguardian.com/technology/2009/oct/23/internet-40-history-arpanet (Diakses pada 16 Juni 2023).
De Witte, M. (2022, 3 Januari). Gen Z are not ‘coddled.’ They are highly collaborative, self-reliant and pragmatic, according to new Stanford-affiliated research. Stanford News. https://news.stanford.edu/2022/01/03/know-gen-z/ (Diakses pada 15 Juni 2023).
O’Hara, M. (2009, 20 Februari). Mental health is strongest taboo, says research. The Guardian. https://www.theguardian.com/society/2009/feb/20/mental-health-taboo (Diakses pada 7 Juni 2023).
Garnham, C. (2022, 2 September). The Gen Z Mental Health wave – what is causing the surge?. HealthMatch. https://healthmatch.io/blog/the-gen-z-mental-health-wave-what-is-causing-the-surge (Diakses pada 6 Juni 2023).