PDSI jaga keamanan siber pada pelaksanaan kegiatan internasional

DKI Jakarta – Kepala Pusat Informasi juga Sarana Informatika (PDSI) Kementerian Komunikasi lalu Informatika Irawati Tjipto Priyanti menyampaikan bahwa PDSI antara lain bertugas merawat keamanan siber di pelaksanaan kegiatan-kegiatan berskala internasional dalam di negeri.

"Kita biasanya setiap ada acara internasional kita buat posko tersendiri, yang dimaksud mana pada situ semua pemangku kepentingan boleh berkoordinasi dengan kita untuk mengetahui apa cuma misalkan kendala-kendala yang digunakan terkait keamanan siber," kata Irawati ke Jakarta, Jumat.

Irawati mengutarakan bahwa tugas utama PDSI adalah memverifikasi keamanan siber pada pusat media, yang banyak kali menjadi target serangan siber.

Menurut dia, keamanan siber ke pusat media sangat penting sebab biasanya sejumlah jurnalis lokal maupun internasional yang mana menggunakan prasarana tersebut.

Apabila ada satu hanya jurnalis yang perangkatnya terserang virus atau malware, ia mengatakan, maka dampak serangan dapat secara cepat menyebar sehingga memiliki kemungkinan mengganggu jalannya acara.

PDSI mencoba melakukan konfirmasi server, jaringan, serta stasiun kerja yang digunakan oleh para jurnalis dalam pusat media aman dari serangan siber.

"Biasanya panitia menyiapkan PC-PC atau laptop pada media center, yang mana itu jumlahnya bisa saja ratusan, juga setiap laptop atau PC yang digunakan disediakan yang disebutkan kita pasangkan agen lah untuk keamanan sibernya pada sana. Jadi, kita instal keamanan sibernya, sehingga pada ketika kontestan jurnalis datang itu sudah ada aman," ia menjelaskan.

Ketua Pokja Infrastruktur Informatika PDSI Suhartono mengatakan, salah satu ancaman yang digunakan kerap dihadapi di penyelenggaraan kegiatan berskala internasional adalah upaya pencurian data kredensial, satu di antaranya data paspor pada registrasi delegasi.

Oleh lantaran itu, PDSI berusaha melakukan konfirmasi data-data yang dimaksud diunggah secara daring terlindungi dengan baik.

Selain melakukan pencurian data, penyerang juga banyak menggunakan metode serangan Distributed Denial of Service (DDoS) secara volumetrik.

Serangan ini ditujukan untuk membanjiri sistem dengan tak lama kemudian lintas palsu sehingga akses pengguna sah ke portal web berubah menjadi terhambat.

Walaupun tak merusak informasi atau operasi elektronik secara langsung, dampak serangan ini bisa jadi sangat merugikan.

Apabila penyerang berhasil masuk ke sistem, maka pengaplikasian ransomware bisa bermetamorfosis menjadi salah satu ancaman serius.

Penyerang dapat menggunakan ransomware untuk mengenkripsi data dan juga kemudian memohonkan tebusan finansial sebagai imbal balik pengembalian data.

"Sedapat mungkin saja merekan kalau sudah ada masuk tentu sekarang ini kan ransomware itu yang tersebut mereka itu akan gunakan sebagai sesuatu yang mana akan ditebus dengan finance atau sebagainya," kata Suhartono.

Suhartono menyatakan bahwa PDSI menjaga keamanan siber dari awal hingga akhir kegiatan internasional guna merawat kredibilitas Indonesia di mata dunia.

PDSI antara lain telah dilakukan menjaga keamanan siber pada pelaksanaan Konferensi Taraf Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 2022, KTT ASEAN 2023 dalam Jakarta, Archipelagic and Island States Forum 2023 di Bali, serta World Water Forum 2024 dalam Bali.

Dalam melindungi keamanan siber pada ajang-ajang internasional tersebut, PDSI di antaranya berkolaborasi dengan Badan Siber kemudian Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Penting (BAIS), dan juga Polri.

 

Artikel ini disadur dari PDSI jaga keamanan siber dalam pelaksanaan kegiatan internasional

Menasional.com menyajikan berita virtual dengan gaya penulisan bebas dan millenial. Wujudkan mimpimu, Menasional bersama kami

You might also like
Follow Gnews