Jakarta, CNBC Indonesi – Ketergantungan Negara Indonesia terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari tahun ke tahun rupanya semakin parah. Hal yang dimaksud tentunya memproduksi beban keuangan negara semakin berat.
Berdasarkan data dari Handbook of Energy and Economic Statistics of Nusantara 2023, yang mana dirilis Kementerian Daya lalu Sumber Daya Mineral (ESDM), impor LPG sepanjang 2023 sudah tembus 6,950 jt ton atau sekitar 79,7% dari total keinginan LPG nasional sebesar 8,710 jt ton.
Jumlah yang disebutkan mengalami kenaikan sebesar 3,13% apabila dibandingkan realisasi impor LPG 2022 yang tercatat sebesar 6,739 jt ton.
Namun, jikalau menengok pada 10 tahun terakhir, impor LPG RI terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Bahkan, impor LPG pada 2023 ini tercatat melejit 111% dibandingkan impor pada 2013 yang tercatat “hanya” sebesar 3,29 jt ton.
Lonjakan impor LPG ini memang sebenarnya tak terlepas dari kenaikan permintaan di di negeri. Pada 2013 permintaan LPG tercatat sebesar 5,61 jt ton dan juga sekarang ini telah meningkat 55% menjadi 8,71 jt ton.
Sementara dari sisi produksi di negeri ada penurunan, yakni dari 2,01 jt ton pada 2013 berubah jadi 1,97 jt ton pada 2023.
Berikut rincian data impor LPG mulai dari periode 2013-2023:
2013: 3,299 jt ton
2014: 3,604 jt ton
2015: 4,237 jt ton
2016: 4,475 jt ton
2017: 5,461 jt ton
2018: 5,566 jt ton
2019: 5,714 jt ton
2020: 6,396 jt ton
2021: 6,336 jt ton
2022: 6,739 jt ton
2023: 6,950 jt ton.
Artikel Selanjutnya Demi LPG Tepat Sasaran, pemerintahan Bakal Revisi Aturan Lagi
Artikel ini disadur dari Hati-Hati, 1 Dekade Impor LPG RI Melejit 111% dan Tembus 6,9 Juta Ton