China Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Mengawasi Ujian Nasional Gaokao

Jakarta – Negeri Tiongkok terus memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan alias Kecerdasan Buatan untuk beragam aspek kehidupan, juga kini, teknologi yang dimaksud digunakan untuk mengawasi ujian sekolah. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan integritas lalu efisiensi di rute ujian, dan juga menghurangi prospek kecurangan.

Dilansir dari South China Morning Post, beberapa orang provinsi ke Tirai Bambu itu telah terjadi mulai menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau ujian masuk perguruan tinggi nasional, atau gaokao, guna menindak kecurangan serta pelanggaran lainnya. Ujian gaokao adalah ujian yang digunakan dianggap paling penting ke China, menentukan masa depan generasi muda ke negara tersebut. Tahun ini, menurut Kementerian Pendidikan, banyaknya 13,42 jt siswa terdaftar untuk ujian yang digunakan dimulai pada hari Sabtu.

Provinsi-provinsi seperti Guangdong lalu Hainan ke selatan Tiongkok dan juga Shandong pada timur telah lama mengadopsi “sistem patroli kecerdasan buatan” untuk mengawasi ujian, dengan tujuan menguatkan pemantauan juga menjamin keadilan.

“Kita harus secara berpartisipasi memperkenalkan pemeriksaan cerdas secara real-time pada ruang ujian serta ruang rahasia, untuk lebih tinggi menguatkan sistem teknologi besar yang dimaksud menjaga dari kecurangan,” kata Kementerian Pendidikan di web webnya pada 1 Juni.

Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas sekolah di dalam Tiongkok telah dilakukan mengadopsi bermacam teknologi untuk mengurangi kecurangan di ujian. Misalnya, pengaplikasian drone untuk mendeteksi aktivitas kecurangan pada tahun 2015. Sejak tahun 2016, kecurangan di gaokao dianggap sebagai aksi pidana.

Di Guangdong, Kecerdasan Buatan telah lama diterapkan dalam 386 area pemeriksaan untuk mendeteksi kecurangan, plagiarisme, kemudian perilaku abnormal lainnya melalui analisis data gambar lalu video. Jika kelainan terdeteksi, sistem segera membuat alarm yang mengingatkan supervisor untuk mengambil tindakan.

Namun, sistem Kecerdasan Buatan ini tidaklah sepenuhnya menggantikan pengawasan manusia. Pengetahuan peringatan tegas yang diberikan oleh Teknologi AI akan diverifikasi secara manual oleh tenaga pemeriksa yang digunakan berubah menjadi pengambil tindakan akhir apabila berlangsung perselisihan.

Ujian berlangsung antara 75 dan juga 150 menit, dengan setiap ruang ujian biasanya diawasi oleh dua pengawas untuk memantau 30 kandidat, sesuai dengan peraturan pemerintah provinsi. Meski pemeriksaan keamanan juga pengawasan online sudah pernah dilaksanakan sejak tahun 2013, persoalan hukum kecurangan masih terjadi. Pada tahun 2021, orang kandidat mengunggah foto masalah matematika ke perangkat lunak pencarian selama ujian berlangsung.

Menurut sebuah makalah yang menganalisis penyelenggaraan Teknologi AI pada ujian polisi, tingkat akurasi pengawasan Kecerdasan Buatan pada saat ini terpencil lebih tinggi tinggi dibandingkan pengawasan manusia. Makalah ini ditulis oleh regu peneliti dari Otoritas Ujian Pendidikan Sichuan lalu dipimpin oleh direktur departemen TI, Yang Xiaoling. Diterbitkan di jurnal Tes dan juga Evaluasi Pendidikan pada bulan Maret, penelitian yang disebutkan menunjukkan bahwa Teknologi AI memungkinkan pemrosesan video pengawasan pada jumlah keseluruhan besar kemudian mempersingkat waktu peninjauan.

Untuk mengembangkan sistem berbasis Teknologi AI guna mendeteksi kecurangan, data perilaku ujian normal dan juga abnormal harus dikumpulkan kemudian diberi anotasi terlebih dahulu. Teknologi visi komputer digunakan untuk menangkap serta memproses gambar lingkungan ujian, juga mengekstraksi fasilitas visual. Algoritme pembelajaran mesin kemudian melatih ciri gambar ini untuk menghasilkan model yang tersebut dapat mengidentifikasi perilaku ujian yang dimaksud bukan normal, kemudian diterapkan pada pengawasan ujian secara real-time.

Meski demikian, makalah yang dimaksud juga menjelaskan tantangan yang mana dihadapi sistem kecerdasan buatan. Meskipun Artificial Intelligence dapat memantau secara real-time serta melaporkan kelainan ke tingkat administratif yang dimaksud berbeda, di beberapa persoalan hukum kemungkinan besar masih diperlukan pelaporan manual dikarenakan kontrol ketat pada komunikasi nirkabel ke ruang ujian standar.

Artikel ini disadur dari China Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Mengawasi Ujian Nasional Gaokao

You might also like
Follow Gnews