Reporter: | Editor:

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Cegah Crowding Out Effect, Kemenkeu Prioritaskan Penerbitan SBN Domestik

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan terus mengoptimalkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik sebagai sumber pembiayaan utang pada Anggaran Pendapatan serta Belanja Negara (APBN).

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Biaya lalu Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Deni Ridwan, menyatakan bahwa strategi yang disebutkan direalisasikan untuk menjauhi fenomena crowding out effect.

“Selama ini pemerintah kalau kita lihat pada strategi pembiayaan APBN itu kita memprioritaskan penerbitan dalam pada negeri. Jadi penerbitan ke global itu sebagai complement sebagai pelengkap untuk kita mampu menjaga dari adanya crowding out effect,” ujar Deni di Dunia Pers Briefing pada Jakarta, Hari Senin (10/6).

Baca Juga:

Deni menjelaskan, crowding out merupakan efek pada mana lingkungan ekonomi keuangan uangnya habis tersedot oleh pemerintah atau pihak rakyat sehingga private companynya sulit mendapatkan dana untuk kredit.

“Ini supaya kita menjaga dari crowding out effect kita melakukan juga kombinasi penerbitan ke di negeri dan juga ada penerbitan pada luar negeri,” katanya.

Menurutnya, semakin kecil ketergantungan Tanah Air terhadap pembiayaan dari global memproduksi Indonesia semakin independen kemudian sekaligus bisa saja mengempiskan currency risk.

“Pada tahun 1997-1998 yang digunakan menimbulkan ekonomi kita hancur sebab terlalu tingginya utang di valas sehingga pergerakan rupiah dari Mata Uang Rupiah 12.000 ke Simbol Rupiah 15.000 ini berbagai korporasi yang ngak bisa jadi bayar utangnya hingga collapse (ambruk),” imbuh Deni.

Baca Juga:

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mewaspadai fenomena crowding out effect akibat keadaan global yang bergejolak khususnya di dalam sedang risiko higher for longer yang diperkirakan masih berlanjut.

Oleh akibat itu, Sri Mulyani mengatakan, koordinasi fiskal moneter akan terus diperkuat untuk merawat stabilitas nilai tukar serta yield (imbal hasil) di dalam berada dalam risiko higher for longer yang digunakan diperkirakan masih berlanjut.

“Pemerintah serta Bank Indonesia (BI) juga sangat menyadari pentingnya untuk mengelakkan terjadinya crowding out effect,” ujar Sri Mulyani di Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (4/6).

Baca Juga:

Menurutnya, menjaga keseimbangan antara pricing yang mendebarkan bagi penanam modal dengan cost of fund yang harus ditanggung APBN juga sektor ekonomi secara luas juga berubah menjadi prioritas di koordinasi tersebut.

Hal ini penting akibat 14% penanam modal pangsa SBN merupakan pemodal global yang tersebut sensitif terhadap nilai tukar juga dapat menyebabkan instabilitas atau outflow jika tidaklah di-manage dengan tepat.

“Sebagian besar penanam modal SBN adalah penanam modal di negeri. 14% pemodal SBN adalah penanam modal global. Ini adalah sangat jauh turun dari 10 tahun sesudah itu pada mana 40% penanam modal SBN adalah pemodal global,” katanya.

Baca Juga:

Meski demikian, Sri Mulyani menyebut, bursa SBN masih dipengaruhi sentimen global juga kebijakan dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan relativitas suku bunga antara SBN Negara Indonesia dengan SBN negara-negara progresif berubah jadi factor yang dimaksud menentukan daya tarik investor.

Cek Berita juga Artikel yang digunakan lain di



Artikel ini disadur dari Cegah Crowding Out Effect, Kemenkeu Prioritaskan Penerbitan SBN Domestik

Reporter: Redaksi Media